Indahnya Keadilan Orangtua: Beberapa Contoh Kasus

Oleh:
Yusi Elsiano Rosmansyah, S.E.
Yusep Rosmansyah, Ph.D.

Berikut ini, akan diuraikan beberapa contoh kasus positif yang mencerminkan sikap adil orangtua terhadap anak-anaknya. Contoh kasus negatif beserta solusinya sebenarnya lebih mudah dibahas, tetapi akan menjadi cukup panjang untuk dimuat dalam bentuk artikel seperti ini.

Dalam paparan contoh kasus ini, beberapa sikap penting orangtua akan didiskusikan, yaitu: pemberian cinta tanpa syarat, komunikasi yang harmonis, penanaman sikap disiplin dan tanggung jawab kepada anak, penjalinan ikatan batin yang erat, perbantuan kepada anak untuk boleh berkata ’tidak’, dan pengajaran budi baik dengan pendekatan agama.



Cinta Tanpa Syarat

Anak adalah makhluk unik yang diamanatkan Tuhan kepada orangtua. Setiap anak yang dilahirkan tentu memiliki perbedaan masing-masing, baik dari segi fisik (jasmani), karakteristik dasar (rohani), maupun kemampuannya.

Kendati demikian, orangtua memiliki kewajiban untuk menerima dan memberikan kasih sayang, perhatian, perlakuan dan perlindungan dengan kualitas yang sama kepada seluruh anak-anaknya, sekalipun si anak berkarakter jasmani atau rohani yang tidak diinginkan.

Sebuah contoh kasus di sebuah keluarga dengan empat anak, salah satu di antara mereka ada yang belum mampu menjadi juara kelas. Meskipun demikian, anak tersebut tetap mendapatkan perlakuan, motivasi, dukungan dan cinta yang tak kurang sedikitpun dari orangtuanya.

Orangtua perlu menyadari bahwa kegagalan adalah salah satu pilihan kondisi yang sifatnya sementara (bisa diperbaiki dengan suatu usaha maksimal), dan bukan merupakan cacat kepribadian. Orangtua yang adil akan menghindari sikap membenci anak karena keterbatasan atau ketidakmampuan mereka dalam melakukan suatu hal.

Mencintai anak tanpa syarat dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anak di lingkungannya. Anak-anak akan memiliki keyakinan bahwa di mata orangtuanya keberadaan mereka adalah sama yaitu sebagai darah dagingnya, harta yang tak ternilai harganya dan harapan masa depannya.


Komunikasi yang Harmonis

Komunikasi merupakan sarana untuk menyampaikan informasi, ide, gagasan dan ajang curahan hati (curhat) yang baik antara satu orang dengan yang lainnya. Proses komunikasi yang baik antar orangtua dan anak dapat mempererat hubungan ikatan batin (tali cinta), perhatian, dan kasih sayang di antara mereka.

Phillip Jackson, Dorothy Stegal, Audrey Ashner (2006) menyebutkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari komunikasi yang baik, di antaranya: berita atau informasi, ekspresi perhatian, saran, berbagi ide, pendapat dan kepentingan.

Melibatkan semua anak dalam memilih, memahami dan mengambil keputusan suatu masalah (tentu saja, bukan semua masalah) keluarga dapat menghindarkan timbulnya perasaan negatif pada diri anak, seperti perasaan sedih karena diabaikan, curiga dan ragu akibat sikap orangtua yang tidak terbuka dalam komunikasi.

Sebuah komunikasi yang terjalin dengan baik antara orangtua dan anak dapat menghilangkan kebiasaan negatif orangtua yang selalu menyembunyikan dan menutup-nutupi suatu kejadian, masalah atau kondisi keluarga dari satu anak ke anak lainnya.


Sikap Disiplin dan Tanggung Jawab

Menerapkan sikap disiplin dan tanggung jawab kepada anak merupakan salah satu upaya menciptakan generasi yang berbudi baik dalam keluarga dan lingkungan di sekitarnya.

Dalam praktiknya, orangtua perlu menetapkan secara terbuka sebuah aturan atau batasan-batasan dalam berperilaku beserta konsekuensi yang harus dilaksanakan oleh semua anak secara tegas dan konsisten.

Karin Ireland (2003) berpendapat bahwa cara terbaik membantu anak belajar disiplin diri adalah dengan membiarkan dia bertanggungjawab di setiap bidang dalam hidupnya, bahkan ketika dia memilih untuk tidak melakukannya.

Pendisiplinan pada anak agar mereka dapat hidup bertanggungjawab perlu diterapkan dengan tepat, sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kedewasaan anak, dan bukan dengan cara kekerasan, pemaksaan atau ancaman.

Bentuk pendisiplinan kepada anak bermacam-macam, yaitu pendisiplinan melalui belajar dari konsekuensi, pemberian hadiah (reward), atau belajar berempati terhadap orang lain. Namun semua bentuk pendisiplinan tersebut perlu diterapkan dengan waktu dan kesabaran orangtua, sebab manusia belajar dari sebuah proses yang berulang.

Membiasakan hidup disiplin dan tanggung jawab kepada anak diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak-anak dalam membedakan tindakan yang baik atau buruk.

Manfaat menanamkam sikap disipin dan tanggungjawab pada anak adalah untuk menghindarkan sikap orangtua yang selalu berusaha menyelamatkan anak dari konsekuensi atas kesalahan atau keputusan yang dia buat. Parahnya lagi, jika kebiasaan buruk tersebut terbawa oleh anak sampai dewasa, tindakan ini akan menyulitkan bukan hanya orang lain, tetapi juga dirinya sendiri, bahkan orangtua dan saudaranya.


Menjalin Ikatan Batin

Sebuah keluarga ideal bagaikan badan beserta anggota badan lainnya. Artinya, jika salah satu anggota keluarga mendapatkan kesulitan ataupun kebahagiaan, anggota keluarga yang lain pun akan merasakan hal yang sama.

Anak-anak yang dibesarkan dengan curahan kasih sayang, empati, saling membatu, dan menghargai oleh orangtuanya sejak kecil akan membawa karakter dasar yang sama sampai mereka dewasa nanti. Dengan kata lain, ikatan batin di antara mereka dan orangtuanya sudah terjalin dengan erat. Sikap kebersamaan, saling menyayangi dan saling menolong akan merupakan sebuah kebiasaan di keluarga tersebut. Sebaliknya, sifat iri, cemburu atau persaingan tidak sehat akan merupakan sifat-sifat yang asing bagi mereka.

Dengan demikian, tindakan sembu-sembunyi orangtua dalam menyelesaikan suatu masalah tidak perlu lagi terjadi. Justru sebaliknya, sekalipun tanpa pemberitahuan dan permintaan dari sang orangtua, anak-anak akan langsung tahu (dari bahasa tubuh orang tua) dan segera membantu.


Membantu Anak untuk Boleh Berkata ’Tidak’

Kebiasaan anak kecil sering berkata ‘tidak’ dalam berbagai situasi adalah hal yang biasa. Dia belum mengerti arti dan maksud dari apa yang diucapkannya itu. John Gray (2004) membolehkan anak untuk berkata ‘tidak’, tetapi orangtua tetap mengarahkan. Pada berbagai kondisi tertentu, seiring dengan bertambahnya kedewasaan seorang anak, orangtua perlu mengajarkan kepada semua anak untuk boleh berkata ‘tidak’ sesuai dengan alasan, waktu dan situasi yang tepat. Jika ketiga persyaratan tersebut terpenuhi pada saat salah satu anak manapun berkata ‘tidak’, orangtua yang adil akan konsekuen dalam menyikapinya.

Tindakan orangtua tersebut dapat memberikan banyak manfaat bagi anaknya di masa depan, di antaranya:

· Menumbuhkan jiwa kepemimpinan

· Meningkatkan kemampuan dalam menentukan pilihan atau keputusan

· Membantu anak untuk mengatakan kebenaran

· Mengajarkan anak untuk selalu berpikir sebelum bertindak


Orangtua yang adil akan menghindari sikap memaksakan kehendak kepada semua anaknya. Seorang anak yang dibesarkan oleh orangtua yang tidak menghargai pendapat anak akan membuat kondisi jiwa yang lemah dan sangat penurut dalam berbagai situasi, sehingga mudah dimanfaatkan oleh orang di sekelilingnya.

Anak yang sudah memiliki keterampilan dalam berkata ’tidak’ akan terhindar dari sikap pemaksaan dan ’penjajahan’ dari pihak yang lebih kuat tetapi cenderung bersifat buruk. Akan tetapi, karena dikombinasikan dengan ajaran sifat baik yang lain dari orangtuanya, anak akan dapat menentukan situasi yang tepat kapan dia berkata ’tidak’. Dengan demikian, anak akan memiliki keseimbangan yang baik dan selalu berfikir sebelum bertindak, termasuk dalam berkata ’ya’ atau ’tidak’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar