Pentingnya Pengasuhan yang Baik Untuk Anak

Anak yang berbudi baik, cerdas, bertanggung jawab, dan disiplin bukan hanya karena faktor keturunan saja (diturunkan melalui gen orangtuanya), kecerdasan dan kepribadian anak tersebut dipengaruhi juga oleh lingkungan. Tanpa ada rangsangan dari lingkungan disekitarnya, maka anak tidak akan tumbuh dengan maksimal. Maksudnya, anak yang terlahir dari kalangan orang-orang terhormat dan cerdas belum tentu akan tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berkepribadian baik (terhormat) jika anak tersebut diasuh oleh orang yang tidak memiliki kemampuan tersebut. Begitu juga anak yang terlahir dari kalangan orang yang suka mencuri belum tentu anak tersebut menjadi seorang pencuri jika ia diasuh oleh orang atau dibesarkan di dalam lingkungan yang orang-orangnya berkepribadian baik.
Sebagian orangtua yang ada di lingkungan kita ada yang mengharapkan dan menuntut anak dapat tumbuh dengan maksimal tetapi tanpa mau memberikan dukungan dan arahan kepada anak. Maksudnya, orangtua hanya mengharapkan anak dapat tumbuh maksimal tanpa mau memberikan atau mengajarkan apa yang mereka harapkan tersebut kepada anak. Misalnya, orangtua berharap anak mereka bisa menjadi juara pertama di kelasnya, tetapi orangtua tersebut tidak mau peduli dengan kegiatan sekolah anak, tidak pernah mau berkonsultasi dengan guru kelasnya, tidak memiliki waktu untuk membantu anak belajar di rumah, dan tidak mau menyempatkan diri untuk memenuhi undangan sekolah (mengambil rapor). Kondisi orangtua seperti ini boleh jadi hanya akan membuat anak menjadi frustrasi dan merasa tidak berguna (yer).

Pengasuhan anak yang kurang baik dapat menimbulkan masalah pada anak. Beberapa permasalahan yang timbul akibat dari pengasuhan anak diantaranya adalah:
  1. Kadang-kadang orangtua terlalu menuntut pada anak untuk menjadi yang terbaik, sementara potensi yang dimiliki tidak memadai. Akibat yang timbul adalah anak menjadi malas belajar dan malas sekolah.
  2. Karena ingin melihat anak berprestasi lebih baik di sekolah, orangtua kemudian yang mengerjakan tugas-tugas sekolah anaknya. Akibatnya adalah anak belajar untuk tidak berusaha maksimal dengan daya upayanya sendiri.
  3. Timbul kekhawatiran yang berlebihan dari pihak orangtua tentang kondisi anaknya. Akibatnya muncul keragu-raguan dalam mendidik anak, sehingga anak mengembangkan sikap ragu-ragu serta rasa tidak percaya diri. (Wiwien Dinar Pratisti, 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar